Kabar Ngetren – Warga Muhammadiyah diminta untuk tidak terpancing dan tetap hati-hati terkait viralnya pernyataan yang mengancam keselamatan mereka. Hal ini terkait dengan komentar yang disampaikan oleh Andi Pangerang Hasanuddin, seorang tokoh peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang memposting kolom komentar salah satu Professor mantan Ketua BRIN Thomas Djamaluddin.
Andi Pangerang Hasanuddin menyampaikan bahwa warga Muhammadiyah, meskipun masih dianggap sebagai saudara seiman dan rekan diskusi lintas keilmuan, telah dianggap sebagai musuh bersama dalam hal anti-TBC (takhayul, bidah, churofat) dan keilmuan progresif yang masih egosektoral. Dia juga mengatakan bahwa meskipun warga Muhammadiyah memiliki banyak masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit, hal tersebut tidak memiliki arti jika hanya berdasarkan egosentris dan egosektoral saja.
Andi Pangerang Hasanuddin juga melanjutkan statusnya yang mengancam setelah berdebat dengan warganet lain. Dia mengancam akan menghalalkan darah semua warga Muhammadiyah, terutama mereka yang disusupi oleh Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan. Dia bahkan menyatakan kesiapannya untuk dipenjara, jika ada yang melaporkan komentar yang mengancam tersebut.
Oleh karena itu, warga Muhammadiyah diimbau untuk tidak terpancing oleh pernyataan tersebut dan tetap waspada terhadap ancaman yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga keselamatan diri dan orang lain serta untuk memastikan bahwa keamanan dan kedamaian tetap terjaga di tengah-tengah masyarakat.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, mengimbau warga Muhammadiyah untuk tetap bijak dan dewasa merespons ancaman dari peneliti BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin atau AP Hasanuddin, di media sosial. “Kami mengimbau agar warga tidak terpancing dengan berbagai cemoohan, sinisme, tudingan, hujatan, kritik yang menyerang, hingga ada oknum yang mengancam secara fisik terkait perbedaan pelaksanaan Idulfitri 1444 Hijriah,” ujar Dadang Kahmad kepada wartawan pada Senin (24/4/2024).
Menurut Dadang, Muhammadiyah sudah pernah mengalami perlakuan negatif dan buruk seperti itu. Dahulu, ketika Kiai Ahmad Dahlan memelopori arah kiblat yang benar secara syariat dan ilmu, hal tersebut disikapi dengan serupa. Ahmad Dahlan dituduh kafir dan masjid yang dibangunnya di Kauman dirusak.
“Kini, perangai serupa tertuju ke Muhammadiyah oleh orang-orang yang mungkin berilmu, mungkin karena merasa benar sendiri atau memang bersikap kerdil yang tentu tak sejalan dengan khazanah dunia ilmu dan akhlak Islam,” tegas Dadang.
Hingga berita ini diturunkan, AP Hasanuddin telah meminta maaf kepada warga Muhammadiyah atas komentarnya di media sosial. AP mengaku bahwa saat itu ia sedang marah dan gusar. (Maulana Yusuf)