Kabar Ngetren/Banyumas – Dalam semangat bulan suci, alumni SMA N 1 Purwokerto angkatan 1992 menggelar juguran kebanyumasan yang meriah. Acara ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi lintas angkatan, tetapi juga wadah untuk berdiskusi tentang masa depan Banyumas. Kegiatan yang digelar di Coffe dan Resto, Jatiwinangun pada Hari Sabtu, 30/3, ini dihadiri oleh para alumni dari berbagai angkatan, mulai dari tahun 1963 hingga 2019.
Koordinator kegiatan, Heru Priyanto, menyatakan bahwa juguran ini merupakan platform untuk mendengarkan aspirasi para alumni dalam upaya memberikan kontribusi positif bagi kemajuan Banyumas ke depannya. “Forum juguran ini dapat menjadi langganan, sebagai Komunitas Asa Banyumas, yang terbuka bagi semua individu yang peduli terhadap perkembangan ekonomi, sosial, pendidikan, dan seni budaya di Banyumas,” ungkap Heru.
Wakil Sekjen Ikatan Alumni SMAN 1 Purwokerto, Heri Sutikno, mengapresiasi kegiatan juguran ini dan menekankan pentingnya kesatuan dalam mewujudkan perubahan positif bagi Banyumas. “Seluruh alumni tetap bersatu dan berkolaborasi untuk mewujudkan Banyumas yang lebih baik,” kata Heri dengan penuh semangat.
Salah satu alumni, Setya Arinugroho, menyampaikan harapannya agar sesama alumni terlibat aktif dalam dunia politik untuk memberikan kontribusi melalui kebijakan publik dan alokasi anggaran yang lebih baik untuk masyarakat Banyumas.
Budi Setiawan menyoroti perlunya peningkatan infrastruktur dan pemerataan pendidikan di Banyumas melalui saluran pengaduan resmi Banyumas (lapak aduan Banyumas). “Sarana pendidikan saat ini masih belum merata di wilayah Banyumas, begitu juga sistem zonasi sekolah masih belum ideal diterapkan di Banyumas,” tandas Budi.
Dewi Anggyaningtyas menekankan pentingnya kerjasama yang lebih intensif antara pelaku seni dan pemerintah kabupaten untuk mendorong seni budaya dan tradisi Banyumas menjadi lebih dikenal secara luas.
Di akhir kegiatan, Widiyono, seorang aktifis seni batik, berharap agar seni batik dapat lebih mendapat perhatian karena memiliki potensi untuk dikenal secara internasional. “Aktivitas seni dan budaya perlu dijadwalkan secara rutin, sehingga pagelaran seni dan budaya di Gedung Sutedja bisa lebih hidup dan meriah,” imbuh Widiyono.
Tidak ketinggalan, pemilik Penerbit dan Percetakan SIP Publishing, Indra Defandra, berbagi pengalamannya dalam menggali sejarah Banyumas melalui salah satu buku yang diterbitkannya. Ia juga menyampaikan bahwa hari jadi Banyumas telah ditetapkan ulang menjadi 22 Februari melalui Peraturan Daerah Banyumas. Wawan/Djarmanto-YF2DOI.