Kabar Ngetren/Bandung – Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, dalam sebuah forum di Bandung, memperingatkan tentang ancaman terhadap demokrasi Indonesia. Selain terorisme, radikalisme, ideologi transnasional, dan narkoba, politik uang juga menjadi salah satu tantangan utama. Jum’at, (7/6).
Menurutnya, Pemilu 2019 meninggalkan luka yang dalam dengan munculnya sebutan “Cebong”, “Kampret”, dan “Kadrun”, menunjukkan dampak negatif pemilihan langsung terhadap persatuan bangsa.
Prof. Burhanuddin Muhtadi juga mengungkapkan bahwa sebanyak 33 persen pemilih pada Pemilu 2014 dan 2019 menerima politik uang, menempatkan Indonesia di peringkat ketiga di dunia dalam hal persentase pemilih yang menerima politik uang. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem politik Indonesia.
Bambang Soesatyo menekankan pentingnya kembali menghadirkan politik programatik daripada politik pragmatis, serta mengurangi penggunaan politik uang dengan mengadopsi kompetisi elektoral berbasis partai.
Selain itu, ia juga mengajak para generasi muda untuk menyadari kekayaan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keberagaman dan perbedaan.
Meskipun Indonesia memiliki keragaman yang besar, Bambang menegaskan bahwa keberadaan Empat Pilar MPR RI, yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, telah menjaga kedamaian di negara ini.
Bahkan, menurutnya, Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya menjadi motto nasional Indonesia, tetapi juga kunci membangun masa depan dunia, seperti yang diakui oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres.
Terkait hal ini, pada Mei 2023, UNESCO menetapkan pidato Presiden Soekarno “To Build the World A New” sebagai Memory of the World. Dalam pidato tersebut, Soekarno mencetuskan nilai-nilai Pancasila sebagai pondasi membangun kembali dunia.
Bambang menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila bersifat internasional dan universal, dan Indonesia harus terus memperjuangkannya di tingkat global.