Kabar Ngetren/Bandung – Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memperkuat kolaborasi pentahelix dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dan optimalisasi kegiatan pra-bencana di daerah. Kolaborasi ini bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat agar lebih waspada dan tangguh menghadapi risiko bencana. Hal ini diungkapkan Pelaksana Tugas (Plh) Kepala Pusat Strategi Kebijakan (Pustrajakan) Kewilayahan, Kependudukan, dan Pelayanan Publik (KKPP) BSKDN, Faisal Syarif, saat kunjungan kerja ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung pada Kamis, (24/10).
Faisal menyampaikan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana saat ini masih berfokus pada langkah-langkah responsif, sementara langkah preventif belum optimal. “Langkah-langkah preventif perlu diperkuat melalui kolaborasi pentahelix, melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media. Kolaborasi ini akan membantu BPBD dalam menjalankan kegiatan pra-bencana yang lebih terstruktur dan optimal,” jelas Faisal.
Dalam konteks anggaran yang terbatas, kolaborasi pentahelix dinilai sangat efektif untuk mendukung kegiatan pra-bencana, seperti sosialisasi dan pelatihan kesiapsiagaan kepada masyarakat, pembangunan sistem peringatan dini yang real-time, dan penyusunan kurikulum tanggap bencana di sekolah.
“Dengan kolaborasi ini, kami harap kewaspadaan masyarakat terhadap bencana meningkat, sehingga dapat mengurangi risiko korban jiwa,” tambah Faisal.
Sementara itu, Ketua Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Uka Suska, menjelaskan bahwa BPBD Kabupaten Bandung telah menginisiasi berbagai kegiatan pra-bencana. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi pembentukan Desa Tangguh Bencana, pemasangan Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk pemantauan debit air, serta penyediaan logistik tanggap darurat.
“Kami melibatkan pihak swasta, masyarakat, dan dunia pendidikan dalam kegiatan ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan secara kolektif,” jelas Uka.
Selain itu, BPBD Kabupaten Bandung juga aktif mengadakan sosialisasi dan pelatihan kesiapsiagaan bencana di sekolah-sekolah serta berbagai layanan kesehatan. Uka mengakui bahwa kolaborasi pentahelix masih lebih banyak diterapkan dalam kegiatan saat dan pasca bencana, namun upaya ini terus dioptimalkan untuk kegiatan pra-bencana.
Uka menekankan pentingnya dukungan sistem, kebijakan, dan infrastruktur yang tepat untuk mengoptimalkan kegiatan pra-bencana.
“Kami memerlukan sistem yang kuat, kebijakan yang mendukung, serta infrastruktur yang memadai. Dengan adanya dukungan dari sektor swasta, akademisi, dan masyarakat, kegiatan pra-bencana bisa lebih efektif,” ujar Uka.
Melalui kolaborasi pentahelix, BSKDN dan BPBD Kabupaten Bandung berharap dapat membangun masyarakat yang lebih tangguh dan siap menghadapi bencana. Langkah-langkah ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk mewujudkan kesiapsiagaan bencana yang terintegrasi dan sistematis di seluruh daerah Indonesia.