Kabar Ngetren/Sorong – Pada Minggu, (4/8), di daerah pegunungan seperti Sorong, Papua Barat Daya, penggunaan bahan bakar tradisional seperti kayu dan arang adalah hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini, meskipun tampak sederhana, melibatkan berbagai reaksi kimia yang penting.
“Ketika bahan bakar seperti kayu atau arang terbakar, reaksi kimia antara bahan bakar dan oksigen menghasilkan panas dan cahaya. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas yang memasak dan mengubah tekstur ikan menjadi matang dan lezat,” ungkap Jeri P Degei.
Pembakaran kayu adalah contoh nyata dari perubahan kimia. Selama proses ini, kayu yang terbakar mengubah energi kimia menjadi energi panas dan cahaya. Pembakaran kayu menghasilkan produk sampingan seperti karbon dioksida, uap air, abu, dan sisa-sisa yang tidak terbakar. Asap yang dihasilkan berasal dari penguapan senyawa organik dalam kayu yang memanas dan kemudian terbakar, menghasilkan karbon dioksida dan uap air.
Reaksi kimia ini, dikenal sebagai pirolisis, terjadi ketika kayu bereaksi dengan oksigen pada suhu tinggi, mengubahnya menjadi karbon dioksida, uap air, arang, dan abu. Pembakaran kayu berbeda dari perubahan fisika karena melibatkan perubahan struktur kimia bahan bakar.
Selain itu, pembakaran kayu juga melibatkan reaksi dekomposisi. Dalam proses ini, zat organik seperti selulosa dipecah menjadi bahan yang lebih sederhana seperti karbon dioksida, air, dan garam mineral. Ini mirip dengan cara tubuh memecah karbohidrat untuk menghasilkan energi.
Dengan memahami proses kimia ini, kita dapat lebih menghargai bagaimana pemanfaatan kayu sebagai bahan bakar tradisional tidak hanya memenuhi kebutuhan praktis sehari-hari tetapi juga melibatkan berbagai reaksi kimia yang kompleks.