OPINI – Banyak hal menarik dalam debat Capres Cawapres yang digelar KPU RI. Baik 01,02,03 tentu memiliki cara dan strategi bagaimana debat program Capres Cawapres itu masuk dalam wilayah subtantif.
Ada yang unik dan kini ramai dipublik pasca debat capres cawapres yaitu soal 01&03 serang Prabowo dianggap itu Etika dan tak ada masalah. Tapi, Gibran rujakin cawapres 01&03 dianggap tidak Etika.
Publik menilai bahwa Inilah karakter para pendukung koalisi 01&03 tidak ingin disakiti tapi sering menyakiti orang lain.
Mengingat kembali, saat debat capres ke tiga, terlihat jelas 01&03 kompak menyerang Prabowo, bahkan diatas panggung resmi itu, 01&03 saling sindir dan memberi nilai kepada Prabowo.
Debat berlangsung panas karena lebih banyak menyerang personal ketimbang membahas hal yang subtantif.
Selesai debat para pendukung 01&03 kembali mengolok-olok Prabowo dengan hujatan, cacimaki dengan menshare vidio editan. Dengan bebasnya kampanye negatif menyudutkan paslon 02 Prabowo Gibran
Dalam konteks ini, sebenarnya 01&03 yang tidak memiliki etika. Pasalnya, Prabowo itu lebih senior dari Anies dan Ganjar.
Para pendukung memujanya bahwa itu langkah profesional. Di atas panggung debat tak perlu bicara senior dan yunior.
Gayung bersambut, tibalah debat cawapres ke dua. Gibran dengan logika berkualitas dan gaya komunikasi efektif akhirnya mempernalukan Cak Imin & Prof Mahfud diatas panggung debat yang sama.
Aksi panggung Gibran membuat para pendukung 01&03 teriak-protes bahkan menyerang dengan mengatakan Gibran tidak punya etika.
Gibran anak muda blimbing sayur, anak ingusan yang tak tahu menghormati orang tua.
Begitulah makian, hujatan yang diarahkan kepada Gibran.
Padahal, kita semua menyaksikan bagaimana Gibran benar-benar menguasai materi.
Mulai dari penyampaian visi, pendalaman, menanggapi, menjawab sampai closing statetmen.
Berbeda jauh dengan 01&03 yang nyontek, emosional, menjawab dan sebagainya dan sebagainya.
Itu khan terlihat semuanya. Bahkan terlihat jelas 01&03 emosional tak mau menjawab, minta diserahkan ke moderator.
Bagi pendukung Prabowo Gibran, kita diajarkan politik riang-gembira.
Bekerja keras dan tetap positif thinking; mungkin karena 01&03 mulai panik, resah dan gelisah, ketakutan kalah atau kehabisan akal sehingga para pendukung 01&03 selalu saja merendahkan Gibran.
Mengolok-olok Prabowo dengan harapan dapat mengambil simpatik rakyat.
Cara-cara seperti itulah yang merusak demokrasi. Tidak mendidik rakyat dan sesungguhnya, merekalah yang tidak punya etika.
Debat Cawapres malam 21/1/2024, sungguh naas nasib 0&03. Jutaan rakyat indonesia bahkan dunia pun ikut menyaksikan malam debat tersebut.
Rakyat bangga atas aksi panggung Gibran Sang Bintang yang membuat 01&03 tak berdaya.
Menegaskan kembali bahwa sebenarnya para pendukung 01&03 tidak paham soal etika dalam sebuah kompetisi.
Diatas panggung debat resmi yang digelar KPU RI merupakan agenda nasional dimana semua orang sama dimata hukum.
Memiliki hak yang sama diatas panggung debat. Dan tak mempertentangkan perbedaan usia, gelar, dan jabatan.
Diatas panggung debat, semua capres dan cawapres adalah sama kedudukannya. Tak ada perbedaan. Kecuali kemampuan masing-masing yang akan membedakannya.
Demikian halnya, jika Gibran menang dalam debat cawapres, maka etika yang baik adalah menghormatinya.
Dan yang kalah juga harus menghargai. Justru tidak etika jika yang kalah dengan emosional tidak mengakui kelebihan kompetitornya walaupun pesaingnya itu anak muda.
Tidaklah adil apabila yang tua selalu minta agar anak muda beretika dalam debat. Itu tidak adil, jika gibran yang anak muda selalu diposisikan tidak etika padahal debat cawapres berada pada ruang dan tempat resmi yang ditonton jutaan rakyat indonesia.
Salam “suara anak muda indonesia”. Ingatkan rakyat indonesia. Gak usah berputar-putar, cukup sekali putaran. Hemat waktu, hemat biaya, hemat tenaga, cegah polarisasi, hemat semuanya.
(-OMBINTANG-); Pelopor Berdirinya Forum Diskusi Aliansi Gerakan Mahasiswa Mencermati Issu Strategi Pro Demokrasi Tanpa Bentuk.
Kabar Ngetren