Kabar Ngetren/Mandailing Natal – Di tengah hiruk-pikuk Kota Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, sebuah kalimat sederhana namun sarat makna menggema: Keta mancetek. Kata-kata tersebut menjadi panggilan bagi para pekerja tambang informal yang hidup di sekitar wilayah tersebut. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan mancetek. Kamis malam, 4/4.
Awaluddin, seorang warga Tambangan yang telah menjadi salah satu dari sekian banyak pekerja tambang informal yang berjuang untuk mencari rezeki. Menyadari kebutuhan mendekati hari lebaran, Awaluddin nekat meninggalkan rumahnya untuk mencari penghasilan tambahan di Kota Kotanopan.
“Saya datang ke lokasi tambang, saya diberi karpet, saya diberi krikil, bahkan sering kali diundang untuk sahur bersama oleh tim penambang emas,” ujar Awaluddin dengan tegas. Dia pun mempertanyakan stigma negatif yang kerap disematkan kepada para pekerja tambang, yang sering disebut sebagai mafia.
Tak hanya laki-laki, perempuan juga turut serta dalam pekerjaan mancetek ini. Awalnya didominasi oleh laki-laki, namun dalam beberapa tahun terakhir, perempuan, terutama ibu-ibu, juga turut serta dalam proses mancetek.
Partisipasi perempuan dalam mancetek semakin meningkat sejak tiga tahun lalu di Kotanopan. Pada waktu itu, alat berat yang sedang melakukan pencarian material galian C di Sungai Batang Gadis wilayah Desa Tombang Bustak menjadi peluang bagi puluhan ibu dan anak-anak untuk mendapatkan material tersebut. Operator alat berat pun memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendulang material tersebut, yang ternyata mengandung emas.
Dalam setahun terakhir, mancetek semakin populer di Kotanopan seiring dengan beroperasinya alat berat dalam pencarian emas. Ratusan warga setempat ikut serta dalam proses mancetek di antara kesibukan alat berat dalam mengumpulkan material pasir dan batu.
Para tukang cetek ini, yang mayoritas adalah ibu-ibu pada siang hari dan laki-laki pada malam hari, menggunakan hasil mancetek untuk menambah penghasilan keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak mereka.
Ditambah dengan harga komoditas alam yang semakin merosot dan seringnya munculnya hewan buas seperti harimau di area pertanian warga, mancetek menjadi salah satu pilihan pekerjaan yang menarik bagi mereka.
Mereka membawa terpal dan dulang untuk menampung dan membersihkan material pasir, serta mencari emas dari hasil mancetek mereka. Meskipun terbilang sebagai pekerjaan informal, mancetek menjadi penopang ekonomi bagi banyak keluarga di Kotanopan.
Dengan adanya stigma negatif yang melekat, para pekerja tambang informal seperti tukang cetek perlu diperhatikan dan diakui kontribusinya dalam perekonomian lokal. Hanya dengan pengakuan dan perlindungan yang memadai, mereka dapat terhindar dari eksploitasi dan meningkatkan taraf hidup mereka serta keluarga. Magrifatulloh.