Kabar Ngetren/Bandung – Dalam sebuah kuliah tamu yang diadakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Sumber Daya Geologi (PRSDG) Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM), Adi Sulaksono, ahli eksplorasi geologi dari PT Geo Fix Indonesia, memaparkan hasil studi terkait proses magmatik-hidrothermal yang terjadi pada endapan porphyry Cu di Grassberg, Papua.
Adi Sulaksono, dalam presentasinya dengan tema Mineral Chemistry and Sulfur Isotope Insight into Magmatic and Hydrotermal Processes Leading to Porphyry Cu Mineralization at Grasberg, Indonesia, menjelaskan observasi tekstur mineral dalam batuan, mineral paragenesis, geokimia batuan, dan isotop sulfur yang menjadi fokus peneliti global saat ini. Kamis, (25/4).
Studi ini mengungkap bahwa magma yang berhubungan dengan endapan porphyry di Grassberg terbentuk dalam kondisi teroksidasi kuat, yang disimpulkan dari analisis data kimia mineral hornblenda, apatit, dan zirkon. Adanya proses reduksi fluida magmatik-hidrotermal menjadi krusial dalam mengendapkan sulfur dan Cu di batuan untuk membentuk endapan porphyry Cu.
Iwan Setiawan, Kepala PRSDG BRIN, menyampaikan harapannya agar studi ini dapat mendorong penggunaan metode terbaru dalam penemuan sumber daya alam yang berharga di masa mendatang. Dia juga menekankan pentingnya pengembangan penerapan metode khusus terutama terkait dengan isotop dalam ilmu eksplorasi yang terus berkembang.
Renaldi Suhendra, seorang Postdoctoral Fellow dari PRSDG BRIN, menyoroti perlunya pengadaan instrumen untuk melakukan analisis kimia mineral seperti electron probe microanalyzer (EPMA) atau laser ablation – inductively coupled mass spectrometry (LA-ICP-MS). Instrumen-instrumen ini diharapkan dapat memajukan riset Indonesia dan meningkatkan daya saing di kancah internasional.
Studi ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang proses pembentukan endapan porphyry Cu di Grassberg, Papua, tetapi juga menegaskan pentingnya penggunaan metode terbaru dalam eksplorasi sumber daya alam untuk menghasilkan penemuan yang lebih akurat dan berdaya saing.
Sumber: Humas BRIN, editor: eFHa.