Scroll untuk baca artikel
BeritaHeadlineNewsTrending

Pelatihan Hidroponik di Panyabungan Madina: Antara Manfaat dan Kontroversi

80
×

Pelatihan Hidroponik di Panyabungan Madina: Antara Manfaat dan Kontroversi

Sebarkan artikel ini

Kabar Ngetren/Mandailing Natal – Kegiatan Life Skill kembali dilaksanakan di Aula Hotel Rindang, Mandailing Natal, Sumatra Utara, dengan judul pelatihan hidroponik. Kamis, (1/8). Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 300 peserta dari Kecamatan Panyabungan Selatan dan Panyabungan Barat.

Life Skill, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan manusia menghadapi tuntutan dan tantangan hidup secara efektif, menjadi fokus utama pelatihan ini. Icon Training Center bertindak sebagai lembaga pelaksana kegiatan ini, dengan Lili sebagai pemateri utama.

“Saya hanya menyampaikan materi tentang cara pelatihan hidroponik, saya tidak bisa memberikan komentar lebih lanjut,” ujar Lili saat dikonfirmasi oleh media.

Lia, panitia administrasi, menambahkan, bahwa kami hanya menjalankan tugas. Mohon bapak konfirmasi saja dengan camat.

Namun, Camat Panyabungan Selatan, Ely Mutiara, memberikan respons singkat via WhatsApp, silahkan koordinasi saja di lapangan dengan pihak penyelenggara.

Camat Panyabungan Barat tidak dapat dikonfirmasi, sementara Kepala Desa Hutabaringin, Miswar, menyatakan, silakan konfirmasi dengan pihak penyelenggara, saya tidak ada komentar.

Kepala Desa Barbaran juga memberikan tanggapan dalam bahasa Mandailing, “Inda dot-dotan au anggi naso bermanfaat tu desa,” yang artinya, “Saya tidak ikut-ikutan dengan yang tidak bermanfaat.”

Meskipun kegiatan ini bertujuan untuk membangun keterampilan hidup masyarakat desa, terdapat kontroversi mengenai pelaksanaannya. Dedi Saputra, Ketua DPD LSM Trisakti Madina, mengkritik penggunaan anggaran yang mencapai empat juta rupiah per peserta.

“Anggaran yang digunakan bukan uang pribadi, melainkan Dana Desa yang bersumber dari APBN. Kegiatan ini harus sesuai dengan aturan yang berlaku dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ujar Dedi.

Dedi juga menyoroti bahwa kegiatan yang berjalan hanya beberapa jam tidak mungkin memenuhi kebutuhan pelatihan yang komprehensif. Ia meminta perhatian khusus dari Bupati Mandailing Natal, Kepala Dinas PMD, dan Camat se-Kabupaten Mandailing Natal untuk memastikan penggunaan dana desa yang tepat dan sesuai aturan.

Kegiatan pelatihan hidroponik ini memang memiliki potensi besar untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam bercocok tanam. Namun, pelaksanaan yang terburu-buru dan tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat bisa menjadi kontraproduktif. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengawasi dan memastikan kegiatan ini sesuai dengan peraturan juga menjadi sorotan penting.

Dengan adanya masukan dan kritik yang konstruktif, diharapkan kegiatan Life Skill seperti pelatihan hidroponik ini dapat lebih efektif dan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat desa di Kabupaten Mandailing Natal.

Follow Official WhatsApp Channel KN Official untuk mendapatkan artikel-artikel terkini, Klik Di sini.

Yuk! baca artikel menarik lainnya di Google News.

Baca Juga  Wartawan Dilarang Meliput Acara Dinas Lingkungan Hidup