Kabar Ngetren/Pontianak – Upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor perkebunan kelapa sawit mendapatkan perhatian serius dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, dan LPP Agro Nusantara, BPDPKS menggelar Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit dan Pelatihan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di Pontianak. Pelatihan ini, yang berlangsung dari Senin, (5/8), hingga, Jum’at, (9/8), diikuti oleh 30 peserta dari Kabupaten Bengkayang.
Program pelatihan ini mencakup materi yang mendalam dan komprehensif, mulai dari teori hingga praktik di lapangan. Peserta diajarkan berbagai aspek penting dalam budidaya kelapa sawit, termasuk persiapan benih, pemupukan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), serta manajemen kebun yang berkelanjutan dan penerapan transparansi dalam pengelolaan lingkungan. Dengan bimbingan dari pengajar dan narasumber berpengalaman, peserta mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka secara langsung.
SEVP Operation LPP Agro Nusantara, Pugar Indriawan, menekankan pentingnya praktik budidaya yang tepat dan presisi.
“Pekebun tentu sudah memiliki kemampuan dasar dari praktik turun-temurun, namun praktik yang baik dan tepat belum tentu dimiliki. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali pekebun dengan pengetahuan yang lebih baik agar mereka dapat memaksimalkan fungsi lahan,” ujar Pugar.
Ketua Sekretariat Tim Pengembangan SDM PKS Ditjen Perkebunan, Eva Lizarmi, menambahkan bahwa pelatihan ini mencakup materi penting mulai dari pemilihan bibit hingga peningkatan kualitas panen.
“Banyak petani sawit yang masih menggunakan teknik budidaya tradisional. Meski sebagian sudah memahami teknik yang benar, mayoritas belum menguasai praktik terbaik. Kondisi ini berdampak pada rendahnya produksi dan produktivitas sawit rakyat,” jelas Eva.
Heronimus Hero, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, pelatihan ini menjawab kebutuhan masyarakat akan pengetahuan budidaya sawit dan pendampingan ISPO.
“Target tahun 2025, semua pekebun diharapkan sudah memiliki sertifikasi ISPO. Meskipun ini tantangan besar, kita harus berusaha mencapainya,” tegas Hero.
Pelatihan ini tidak hanya penting bagi peningkatan kualitas produksi, tetapi juga berpengaruh signifikan terhadap rantai nilai dan posisi tawar dalam pasar global. Diharapkan pelatihan serupa dapat tersebar di seluruh kabupaten di Kalbar, seiring dengan peningkatan potensi dan luas tanam kelapa sawit di provinsi tersebut.
Pada tahun 2024, BPDPKS dan Ditjenbun menyelenggarakan 11 jenis pelatihan bagi 6.437 peserta, bekerja sama dengan 15 lembaga pelatihan. LPP Agro Nusantara sendiri dipercaya untuk menyelenggarakan 43 judul pelatihan dengan 11 jenis pelatihan, melibatkan 1.339 peserta dari 7 provinsi di Indonesia.
Melalui pelatihan ini, pekebun diharapkan tidak hanya mendapatkan pengetahuan teknis, tetapi juga mampu menerapkan praktik terbaik yang berkelanjutan dalam budidaya kelapa sawit.
Dengan demikian, program ini tidak hanya meningkatkan produksi dan produktivitas, tetapi juga mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit di Indonesia. Keberhasilan pelatihan ini akan menjadi langkah penting dalam menjawab tantangan industri kelapa sawit yang semakin kompleks, sekaligus meningkatkan kesejahteraan pekebun dan keberlanjutan lingkungan.