Kabar Ngetren/Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), memberikan apresiasi atas keberhasilan Polri dalam menggerebek pabrik narkotika jenis hasis di sebuah vila di Uluwatu, Bali. Operasi ini berhasil menangkap empat tersangka dengan barang bukti berupa: Hasis padat, 53.210 butir Happy Five, 765 cartridge berisi cairan total 2.294 gram.
Nilai keseluruhan barang bukti yang disita mencapai Rp 1,5 triliun lebih, menjadikan pengungkapan ini sebagai salah satu prestasi besar Polri dalam memberantas peredaran narkoba di Indonesia.
Bamsoet menegaskan bahwa keberhasilan ini mencerminkan komitmen kuat Polri dalam memerangi peredaran narkoba yang dapat merusak generasi muda Indonesia.
“Pengungkapan pabrik narkoba ini tidak hanya menggagalkan produksi dan distribusi narkoba, tetapi juga memberikan pesan tegas bahwa negara hadir dalam memerangi kejahatan narkoba. Polri harus mengusut tuntas hingga ke akar-akarnya,” ujar Bamsoet di Jakarta.
Bamsoet meminta Polri untuk menerapkan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dalam menangani kasus ini. Langkah ini dinilai strategis karena memungkinkan Polri melacak aliran dana ilegal dan mengidentifikasi aset-aset yang diperoleh dari hasil kejahatan.
“Dengan penerapan TPPU, Polri dapat menyita aset pelaku, memiskinkan jaringan narkoba, dan memberikan efek jera yang mendalam. Hal ini penting untuk memutus rantai finansial sindikat yang sering kali rumit dan sulit dijangkau hanya dengan penangkapan biasa,” tegas Bamsoet.
Bamsoet juga menyoroti pentingnya kerja sama antara Polri dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
“PPATK memiliki peran vital dalam menganalisis transaksi keuangan mencurigakan. Kolaborasi ini dapat memperkuat investigasi Polri terhadap jaringan narkoba, sehingga menghasilkan basis bukti yang lebih kuat dan cakupan penyelidikan yang lebih luas,” kata Ketua MPR RI ke-15 ini.
Menurut Bamsoet, menyita aset-aset pelaku merupakan salah satu cara paling efektif untuk menghancurkan kemampuan finansial sindikat narkoba. Dengan demikian, pelaku tidak hanya kehilangan kebebasan, tetapi juga kekayaan yang diperoleh secara ilegal.
“Dengan cara ini, Polri tidak hanya menghentikan peredaran narkoba, tetapi juga memberikan sinyal kuat kepada pelaku lainnya bahwa hukum akan menjerat mereka dari semua sisi,” pungkas Bamsoet.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi yang kuat antara Polri dan lembaga terkait dapat menciptakan langkah strategis dalam memerangi narkoba, tidak hanya dari sisi hukum, tetapi juga dari sisi finansial.