Filosofi sepi ing pamrih, rame ing gawe awalnya berasal dari getaran spiritual suku bangsa Jawa. Nilai ini sempat menjadi semangat etos kerja masyarakat Nusantara: sedikit bicara, banyak bekerja.
Prinsip ini menekankan tindakan nyata daripada sekadar berbicara. Namun, seiring perkembangan zaman, filsafat kerja ini mulai ditinggalkan.
Ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi membuka peluang baru yang memanfaatkan kemampuan berbicara, seperti promosi, orasi, atau bahkan provokasi, yang seringkali lebih mengutamakan retorika dibandingkan aksi nyata.
Kini, pola pikir yang lebih menonjol adalah sedikit bekerja, banyak bicara. Yang penting adalah bagaimana orang terkesan dan tertarik pada apa yang dijual atau ditawarkan. Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai, termasuk dalam dunia aktivisme dan diskursus politik.
Dalam konteks pembahasan UUD 1945, perdebatan seputar amandemen menjadi bukti nyata. Awal tahun 2002, isu ini memanas, terutama pada masa-masa menjelang Pemilu Presiden 2024.
Hasrat untuk kembali ke UUD 1945 asli atau memperbaiki hasil amandemen menghadapi tantangan besar. Berbagai fraksi dan kelompok aktivis pergerakan justru sering terpecah, bahkan berseteru, yang memperumit proses penyempurnaan konstitusi.
Penolakan pembahasan UUD 1945 menjelang Pemilu Presiden didasari kekhawatiran bahwa upaya tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu, termasuk memperpanjang masa jabatan presiden.
Kekhawatiran ini disuarakan oleh berbagai tokoh, seperti Forum Negarawan, Forum Indonesia Damai, serta pemimpin spiritual Nusantara, Sri Eko Sriyanto Galgendu.
Meski mereka mendukung gagasan perbaikan UUD 1945, mereka menekankan bahwa hal itu harus dilakukan setelah pemilu selesai demi menjaga integritas proses demokrasi.
Sri Eko mempertanyakan mengapa semangat untuk menyempurnakan UUD 1945 kini meredup, ibarat kerupuk melempem.
Saat dikonfirmasi mengenai pandangan dan sikapnya, ia hanya tersenyum, memberikan kebebasan kepada semua pihak untuk menafsirkan sendiri maknanya.
(Jacob Ereste)
Pecenongan, 13 Januari 2025
Yuk! baca artikel menarik lainnya di
Google News
.