Scroll untuk baca artikel
BeritaHeadlineNewsTrending

Bamsoet Dorong Pemerintah Buat Big Data Potensi Desa untuk Pemerataan Pembangunan

52
×

Bamsoet Dorong Pemerintah Buat Big Data Potensi Desa untuk Pemerataan Pembangunan

Sebarkan artikel ini

Kabar Ngetren/Jakarta – Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo, mendorong pemerintah untuk membuat big data potensi desa. Mengutip pesan Proklamator Indonesia, Bung Hatta, bahwa Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar di Jakarta, melainkan karena lilin-lilin di desa, Bambang menegaskan pentingnya pemerataan pembangunan dan pemberdayaan desa sebagai sumber daya ekonomi.

“Untuk memajukan desa, pemerintah telah mengalokasikan dana desa yang jumlahnya mencapai Rp 71 triliun. Para kepala desa bisa memanfaatkannya untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Jumlah BUMDes terus meningkat tiap tahunnya. Dari 50.199 unit pada 2019, menjadi 51.134 unit pada 2020, kemudian 57.288 unit pada 2021, dan 60.417 unit pada 2022. Keberadaan BUMDes mampu mengelola perekonomian desa di seluruh tanah air hingga mencapai total Rp 3,06 triliun setiap tahun,” ujar Bamsoet dalam FGD tentang BUMDes yang diselenggarakan oleh Brain Society Center (BS Center) di Jakarta, Rabu, (31/7).

Acara tersebut juga dihadiri oleh Anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI Ulla Nuchrawaty, Ketua Dewan Pakar BS Center Prof. Didin S. Damanhuri, Sekjen BS Center Dhifla Wiyani, Dewan Pakar BS Center Ana Mustamin dan Auhadillah Azizi, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB University Sofyan Sjaf, Dekan FH UGJ Cirebon Prof. Endang Sutrisno, Peneliti BRIN Ifah Munifah, Ketua BUMDes Cisantana Agus Susanto, Ketua BUMDes Niagara Neneng Santiasi, dan Peneliti BUMDes pada IRE Sukasmanto.

Baca Juga  OJK Hapus Moratorium Pinjol

Bamsoet, yang juga merupakan Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 bidang Hukum & Keamanan, menjelaskan bahwa meskipun jumlah BUMDes terus meningkat, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. Pada tahun 2019, misalnya, setidaknya terdapat 2.188 BUMDes yang tidak beroperasi dan 1.670 BUMDes yang beroperasi, tetapi belum memberikan kontribusi pada pendapatan desa. Pada tahun 2021, jumlah BUMDes yang tidak aktif meningkat menjadi 12.040 unit. Banyak faktor penyebab yang harus ditanggulangi.

Baca Juga  Bamsoet Apresiasi Kinerja Polri yang Meningkat, Tantang Penegakan Hukum Lebih Profesional

“Misalnya, BUMDes tidak berpijak pada kekuatan livelihood warga desa, terjadi disorientasi kebijakan BUMDes dan kepemimpinan desa yang tidak visioner. BUMDes tidak membuat desa menjadi berdaya akibatnya laju pembangunan pertanian dan desa melambat. BUMDes tidak didukung perencanaan bisnis berbasis data presisi, tidak mampu mengubah mindset generasi muda, dan rendahnya sumber daya manusia di pedesaan,” jelas Bamsoet.

Sebagai Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia, Bamsoet juga menyoroti berbagai paradoks dalam pembangunan pedesaan. Misalnya, potensi desa sebagai penyedia pangan yang belum dimaksimalkan, ditandai dengan masih tingginya angka impor pangan. Pada tahun 2024, impor pangan diprediksi mencapai 12.437.218 ton, terdiri dari impor beras, gula, bawang putih, daging sapi, dan jagung.

“Pada tahun 2013, impor pangan diprediksi mencapai USD 10 miliar. Tahun 2023 nilainya mencapai USD 18,76 miliar atau lebih dari Rp 300 triliun. Tidak heran apabila desa dengan basis sistem ekonomi rumah tangganya yang mencapai 73 persen lebih berada di sektor pertanian, masih identik dengan ketertinggalan dan kantong kemiskinan. Sehingga tidak ada anak-anak muda yang mau menjadi petani, menyebabkan 61,8 persen petani di desa berusia di atas 45 tahun, dan hanya 12,2 persen yang berusia di bawah 35 tahun,” pungkas Bamsoet.