Kabar Ngetren/Jakarta – Ketua MPR RI ke-16, Bambang Soesatyo, mengingatkan bahwa salah satu ancaman terbesar bagi bangsa Indonesia adalah demoralisasi generasi muda. Ia menyoroti memudarnya pemahaman dan penghargaan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara di kalangan generasi muda. Berdasarkan survei yang dirilis oleh Setara Institute dan INFID (Forum on Indonesian Development) pada 17 Mei 2023, 83,3 persen pelajar SMA menganggap bahwa Pancasila bukanlah ideologi permanen dan dapat digantikan.
“Hasil survei ini sangat mengkhawatirkan dan perlu disikapi dengan serius. Ini juga bertolak belakang dengan hasil survei lain, seperti yang dilakukan oleh SMRC pada Juni 2022, di mana 82 persen responden menyatakan bahwa Pancasila tidak boleh diubah. Sementara survei Pusat Studi Kebangsaan Indonesia dan Litbang KOMPAS pada Januari 2023 menemukan bahwa 86,1 persen mahasiswa menolak penggantian Pancasila,” ujar Bamsoet usai menghadiri Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Jakarta, Selasa (1/10).
Dalam upacara tersebut, Presiden RI Joko Widodo bertindak sebagai Inspektur Upacara, dengan Bamsoet membacakan teks Pancasila. Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti membacakan pembukaan UUD 1945, sementara Ketua DPR RI Puan Maharani melakukan penandatanganan dan pembacaan ikrar. Doa dipimpin oleh Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Sejumlah pejabat tinggi negara lainnya turut hadir, termasuk Presiden RI Terpilih Prabowo Subianto, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Lebih lanjut, Bamsoet yang juga Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan, menyampaikan bahwa masalah serius lainnya yang mengancam generasi muda adalah maraknya keterlibatan mereka dalam aksi kriminalitas, anarkisme, seks bebas, dan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), selama periode 2022-2023 tercatat sekitar 4,8 juta penduduk usia produktif yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
“Fenomena ini menegaskan dua hal penting. Pertama, proses internalisasi Pancasila belum sepenuhnya menjangkau generasi muda. Kedua, sikap generasi muda terhadap Pancasila bersifat dinamis, yang berarti nilai-nilai ideologi negara harus terus dibangun dan diperkokoh,” ujar Bamsoet.
Sebagai Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan FKPPI, Bamsoet menekankan bahwa penguatan kembali nilai-nilai Pancasila harus diwujudkan melalui implementasi dalam berbagai bidang, khususnya pendidikan. Hal ini sejalan dengan tujuan negara sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap warga negara, tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender, berhak mendapatkan pendidikan bermutu, termasuk pendidikan Pancasila.
“Pancasila harus diinternalisasi dalam sistem pendidikan, tidak sekadar dihafal atau dimengerti. Pancasila harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, diterima, dan dihayati sebagai bagian dari karakter bangsa,” pungkas Bamsoet.