“IMI sebagai induk olahraga dan komunitas otomotif merupakan satu-satunya organisasi yang secara eksplisit merujuk Empat Pilar MPR RI di dalam anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Karenanya, filosofi IMI dan komunitas otomotif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan yang mengedepankan prinsip-prinsip kebersamaan, solidaritas, kekeluargaan, persaudaraan/brotherhood, serta menjunjung tinggi jiwa dan semangat nasionalisme”. Ungkap Bamsoet dalam Gathering and Road Safety, Rakernas Volkswagen Indonesia Association (VIA) 2024) di Jakarta.
Turut hadir antara lain, Kakorlantas Polri Irjen Pol Aan Suhanan, Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Suyudi Ario Seto, Ketua Volkswagen Van Club Irjen Pol (purn.) Pudji Hartanto, Ketua Volkswagen Indonesia Association Komjen Pol. (Purn) Nanan Soekarna, dan Ketua House of Volkswagen Sentul Adi Yunadi.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menuturkan, setelah sukses menyelenggarakan Road to Pecah Seribu VW: Indonesia Bersatu. Mobil Rakyat di Rumah Rakyat pada November 2023 lalu di MPR RI, komunitas VW bersama MPR RI juga berencana menyelenggarakan Pecah Seribu VW: Indonesia Bersatu. Mobil Rakyat di Rumah Rakyat pada akhir tahun 2024 di MPR RI.
Wakil Ketua Umum FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila serta Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menjelaskan, keberadaan VW di Indonesia memiliki sejarah panjang. Dari berbagai literatur mencatat, VW mulai masuk ke pasar otomotif Indonesia sekitar tahun 1952, dibawah naungan PT Piola sebagai agen tunggal dan importir VW, yang eksis hingga tahun 1971. Sekitar tahun 1974, Indonesia sudah mampu memproduksi VW pertama yang diberi nama VW MITRA, berbasis T2 dengan mesin 1.600 CC.
“Kehadiran VW Safari pada tahun 1977, membuat VW menjadi sangat populer di Indonesia. Terlebih pada saat itu, VW Safari menjadi mobil operasional para Camat di Indonesia. Sehingga VW Safari kemudian juga dikenal dengan VW Camat. Membuktikan bahwa melalui otomotif, kita bisa mengetahui dan belajar banyak tentang perjalanan sejarah bangsa”. Tutup Bamsoet. eFHa.