Kabar Ngetren/Palu – Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengimbau pemerintah daerah (Pemda) di seluruh Indonesia untuk memanfaatkan aplikasi Tuxedovation sebagai referensi dalam mereplikasi inovasi daerah. Aplikasi ini menyediakan beragam data inovasi yang dapat membantu daerah dalam mengembangkan ekosistem inovasi secara lebih efektif dan efisien.
“(Pada aplikasi) Tuxedovation ini ada sekitar 14 ribu inovasi, ada videonya tinggal kita search, misal tentang (inovasi) kelautan apa saja akan muncul inovasinya, lalu bisa dipilih inovasi apa saja yang cocok dengan kondisi daerah kita yang bisa diimplementasikan di daerah kita, kita bisa mereplikasinya,” ungkap Kepala BSKDN Yusharto Huntoyungo saat melakukan Audiensi ke Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Rabu, (5/6).
Yusharto menambahkan bahwa metode replikasi adalah strategi paling efektif untuk memastikan keberlanjutan dan penyebaran praktik-praktik inovasi yang baik di berbagai daerah.
Melalui replikasi, diharapkan dapat terwujud pelayanan publik yang lebih berkualitas sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat nyata dari inovasi-inovasi yang telah dikembangkan. Dengan replikasi, daerah dapat meningkatkan jumlah dan kematangan inovasi di wilayahnya.
“Bagi daerah yang diadopsi (direplikasi inovasinya), nilai kematangannya menjadi lebih baik. Bagi daerah yang mengadopsi (mereplikasi) berarti ada pertambahan jumlah inovasi. Tinggal kita terapkan lagi ke dinas mana inovasi itu akan diuji coba, sampai dengan diimplementasikan,” jelas Yusharto.
Yusharto juga menekankan bahwa metode replikasi dapat memastikan keberlanjutan inovasi yang lebih terjamin. Oleh karena itu, ia mengimbau Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng untuk memetakan inovasi di wilayahnya yang tersebar di setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Melalui pemetaan tersebut, pengembangan inovasi berbasis replikasi akan lebih mudah dilakukan.
“Saya berharap lewat BRIDA lakukan rapat, dipaparkan inovasi dari setiap kabupaten, lalu peserta rapat saling berkomitmen tandatangan di atas materai untuk mau mereplikasi punya Palu direplikasi oleh Donggala, Donggala direplikasi oleh Poso (misalnya) begitu,” terangnya.
Selain itu, Yusharto juga mengingatkan agar Pemprov Sulteng dapat meningkatkan replikasi pada pelaporan inovasi tahun 2024 melalui aplikasi Indeks Inovasi Daerah (IID). Harapannya, upaya tersebut dapat meningkatkan hasil pengukuran IID Provinsi Sulteng menjadi lebih baik di tahun-tahun berikutnya.
“Resources-nya sudah ada sebenarnya di lingkungan kita, kita tinggal menggabung-gabungkan layanan dari satu dinas dengan dinas yang lain yang sudah terintegrasi, itulah inovasi penyelenggaraan pemerintahan. Kedepannya hal semacam ini perlu terus mendapat perhatian agar pengembangan inovasi tidak berhenti,” pungkasnya.