Scroll untuk baca artikel
BeritaHeadlineNewsPertanianTrending

Kementan Intruksikan Gerakan Massal Pemasangan Rumah Burung Hantu di Subang

90
×

Kementan Intruksikan Gerakan Massal Pemasangan Rumah Burung Hantu di Subang

Sebarkan artikel ini

Kabar Ngetren/Subang – Kementerian Pertanian menginstruksikan Gerakan Massal Pemasangan Rumah Burung Hantu se-Indonesia di Desa Neglasari, Pagaden, Subang, Jawa Barat, Sabtu, (13/7). Acara ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Nenden Setiawati, dan beberapa unsur Forkopimda Subang.

Acara dimulai dengan simbolis pembunyian kentongan bambu oleh Suwandi dan pejabat lainnya, sebagai tanda peluncuran Gerakan Massal Pemasangan Rumah Burung Hantu se-Indonesia.

Suwandi juga meninjau pemasangan rumah burung hantu (Rubuha) di pematang sawah yang terbuat dari tiang bambu setinggi 6 meter dan sangkar berukuran 40 cm x 60 cm. Atap Rubuha dilapisi karpet untuk menghindari rembesan air hujan, dan di dalamnya terdapat wadah sebagai tempat burung hantu bertelur.

Suwandi menjelaskan bahwa biaya pembuatan satu Rubuha berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu. Setiap Rubuha dibuat satu pintu untuk akses keluar masuk burung hantu. Dalam waktu satu hingga empat bulan, burung hantu lainnya akan ikut bersarang di Rubuha. Tikus-tikus di area persawahan yang menjadi perlintasan burung hantu akan diburu oleh burung hantu tersebut.

“Setiap malam, burung hantu bisa memakan tiga ekor tikus dan membunuh antara 10 hingga 20 ekor tikus. Oleh karena itu, jumlah Rubuha harus disesuaikan dengan luas lahan sawah. Untuk tahap awal, minimal satu Poktan membangun satu Rubuha, selanjutnya petani secara swadaya menambah Rubuha,” jelas Suwandi.

Suwandi juga menyebut bahwa burung hantu bisa diternak dalam sangkar di rumah. Bagi yang menginginkan burung hantu, bisa meminta dari peternak dengan mengganti biaya makan burung hantu tersebut selama diternakkan. Cara lainnya, anak burung hantu ditempatkan di sangkar dan induknya akan datang membawakan makanan untuk anak burung hantu tersebut pada malam hari.

Dalam acara ini, Suwandi menyampaikan bahwa akan dipasang 3.200 Rubuha di lahan-lahan pertanian di Indonesia. Satu petugas OPT akan memasang Rubuha di satu titik area persawahan, selanjutnya Poktan bersama petani akan menambahkan jumlah Rubuha sesuai dengan luas lahan sawah. Burung hantu akan datang sendiri ke Rubuha, biasanya dalam waktu seminggu hingga empat bulan. Cara mengetahui keberadaan burung hantu di Rubuha adalah dengan melihat tanda bekas kotoran berwarna putih serta tulang-tulang dan bulu tikus yang dimakan burung hantu.

Mitos Burung Hantu dan Pengendalian OPT.

Suwandi juga mengingatkan petani untuk berhati-hati memegang burung hantu, karena hewan ini mempunyai naluri membunuh tikus dengan kekuatan cakar kakinya. Burung hantu aktif pada malam hari, sehingga muncul mitos bahwa mereka adalah hewan menyeramkan. Namun, Suwandi menegaskan bahwa burung hantu Tyto Alba adalah sahabat petani karena mereka membantu mengendalikan populasi tikus di sawah, menjaga ekosistem alam dan rantai makanan.

Suwandi juga mengklarifikasi mitos bahwa burung hantu bisa memakan walet. Oleh karena itu, pintu sarang burung walet sebaiknya tidak dibuat terlalu lebar untuk menghindari kedatangan burung hantu pada malam hari yang bisa menyebabkan stres pada burung walet.

Untuk pengendalian tikus yang ramah lingkungan dan hemat biaya, Suwandi menyarankan penggunaan TBS (Teknik Bubu Perangkap), yaitu teknik pengendalian hama tikus yang mampu menangkap banyak tikus sawah secara terus menerus selama satu musim tanam. Metode TBS ini membutuhkan plastik dengan lebar 60-70 cm yang dipasang mengelilingi lahan.

Suwandi menekankan pentingnya pengendalian hama tikus karena dapat mengurangi produksi padi hingga 50 persen. Misalnya, dari produksi 6 ton menjadi 3 ton per hektar, yang tentu saja dapat mengurangi pendapatan petani. Selain itu, ia juga memaparkan beberapa teknik lain untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dari serangan hama tikus, termasuk penggunaan agens nabati hayati seperti Beauveria bassiana dan Paenibacillus.

Pertanian Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. 

Suwandi menekankan bahwa pertanian harus dilakukan dengan menerapkan mekanisasi dan teknologi ramah lingkungan untuk menjaga produktivitas padi. Konsep pertanian berkelanjutan dan revolusi hijau lestari perlu diterapkan, yaitu dengan bertani ramah lingkungan dan berbiaya rendah. Ia juga menegaskan untuk tidak meracuni tanah, air, dan lingkungan dengan bahan kimia sintetis berbahaya.

“Untuk menjaga produktivitas padi, gunakan pupuk organik, lakukan pola Pengendalian Hama Terpadu (PHT), gunakan pestisida agens hayati, dan taburkan benih-benih ikan di sungai dan saluran irigasi,” urai Suwandi.

Suwandi juga mengimbau untuk melarang pembuangan sampah, plastik, enceng gondok, dan pembangunan liar di sepanjang sungai. Ia mengajak semua pihak untuk bekerja sama membersihkan saluran irigasi dan jalan usaha tani, melestarikan lingkungan dan ekosistem sawah padi, serta mewariskan lahan subur bagi generasi mendatang.

Baca Juga  Pelayanan Kesehatan Gratis Door to Door di Desa Mawang Muda Sanggau