Scroll untuk baca artikel
BeritaHeadlineNewsPendidikanTrending

Ketua MPR RI Bamsoet: Disrupsi AI dalam Pendidikan dan Pentingnya Wawasan Kebangsaan

61
×

Ketua MPR RI Bamsoet: Disrupsi AI dalam Pendidikan dan Pentingnya Wawasan Kebangsaan

Sebarkan artikel ini

Kabar Ngetren/Jakarta – Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo, yang juga menjabat sebagai Dosen Tetap di beberapa universitas ternama, mengingatkan tentang dampak signifikan kemajuan artificial intelligence (AI) pada dunia pendidikan. Dalam Pembekalan Kebangsaan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada Tanoto Scholars Gathering 2024, yang diadakan secara virtual pada Senin, (29/7), Bamsoet mengungkapkan kekhawatirannya mengenai disrupsi yang diakibatkan oleh AI Generatif.

Bamsoet mencatat bahwa pasar teknologi AI dalam dunia pendidikan telah mengalami lonjakan signifikan, dari USD 36,37 juta pada tahun 2020 menjadi USD 2,5 miliar pada 2022. Laporan terbaru menunjukkan bahwa nilai pasar AI Generatif diperkirakan mencapai USD 44 miliar pada 2023 dan akan melonjak menjadi USD 66 miliar pada 2024. Prediksi Allied Market Research menunjukkan bahwa pasar teknologi AI di dunia pendidikan akan mencapai USD 88,2 miliar pada 2032.

Sebagai dosen, Bamsoet menghadapi tantangan dalam membedakan tugas mahasiswa yang dikerjakan dengan bantuan AI dari hasil karya mereka sendiri. Ia menekankan pentingnya bijaksana dalam memanfaatkan AI untuk tidak hanya sekadar melakukan copy-paste, tetapi juga untuk memperluas pengetahuan dan tidak kehilangan jati diri sebagai pencari ilmu.

“Daripada menghalangi kemajuan AI, dunia pendidikan harus adaptif dan memanfaatkannya untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran serta manajemen pendidikan. Pendidikan tidak hanya fokus pada kecerdasan akademik tetapi juga pada pengembangan karakter. Oleh karena itu, pemahaman wawasan kebangsaan harus dikedepankan bersamaan dengan sikap kritis, analitis, kreatif, dan imajinatif,” jelasnya.

Bamsoet juga menyoroti pentingnya penanaman wawasan kebangsaan mengingat survei-survei yang menunjukkan melemahnya penghargaan generasi muda terhadap nilai-nilai Pancasila. Survei CSIS 2017 menunjukkan 9,5 persen generasi milenial setuju mengganti Pancasila dengan ideologi lain, sementara survei LSI 2018 menemukan hanya 6,2 persen siswa yang menjawab benar tentang materi wawasan kebangsaan. Data dari tahun 2022 juga menunjukkan rendahnya pemahaman Pancasila di kalangan siswa, dengan hanya 28,6 persen yang memahami Pancasila di ruang kelas.

Bamsoet menekankan bahwa hasil-hasil survei tersebut mencerminkan perlunya upaya lebih dalam mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dalam pendidikan agar generasi muda tetap memahami dan menghargai Pancasila sebagai dasar negara.

Follow Official WhatsApp Channel KN Official untuk mendapatkan artikel-artikel terkini, Klik Di sini.

Yuk! baca artikel menarik lainnya di Google News.