Scroll untuk baca artikel
BeritaHeadlineNewsTrending

Ketua MPR RI Bamsoet Dukung JPNSC 2024 untuk Indonesia Bebas Nyeri 2045

47
×

Ketua MPR RI Bamsoet Dukung JPNSC 2024 untuk Indonesia Bebas Nyeri 2045

Sebarkan artikel ini

Kabar Ngetren/Jakarta – Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo, menyatakan dukungannya terhadap penyelenggaraan Jakarta Pain Intervention Neuromodulation and Sonologist International Conference 2024 (JPNSC 2024).

Acara ini akan diadakan pada 21 Juli 2024 di Ballroom Artikular Klinik, Jakarta, dengan menghadirkan pembicara internasional dari Turki, Qatar, Mesir, Arab Saudi, Inggris, Pakistan, dan Malaysia. Konferensi ini merupakan forum rutin untuk membahas berbagai inovasi medis dalam penanganan nyeri berbasis bukti dan menyelesaikan sumber penyebab nyeri.

“Konferensi ini bisa memberikan pemahaman kepada para tenaga kesehatan tentang manajemen nyeri sebagai hal dasar yang perlu diketahui guna menyongsong Indonesia bebas nyeri tahun 2045. Sekaligus mendorong Indonesia sebagai pusat tatalaksana pengobatan nyeri terbaik se-Asia Tenggara,” ujar Bamsoet setelah menerima penyelenggara JPNSC 2024 di Jakarta, Rabu, (10/7).

Acara tersebut dihadiri oleh dr. Alif Noeryanto Rahman, dr. Fajar Nurhadiyyah, dan Ahmad Nabil Bintang. Bamsoet, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 bidang Hukum, HAM, dan Keamanan, menjelaskan bahwa rangkaian JPNSC 2024 sudah dimulai di Kota Bandung beberapa waktu lalu.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan menghadirkan dua pembicara dari Korea Selatan, yakni Presiden Korean Pain Society dari Seoul National University College of Medicine, Prof. Lee Pyoung Bok, serta penulis Spinal Epidural Balloon Decompression and Adhesiolysis, Prof. Jin Woo Shin, yang membahas inovasi Spinal Ballooning.

“Nyeri merupakan salah satu keluhan umum pasien. Secara global, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 20 persen orang dewasa mengalami nyeri kronis, dengan peningkatan 10-20 persen setiap tahunnya. Data WHO juga menunjukkan bahwa nyeri kronis dapat mengganggu produktivitas pasien, mempengaruhi kesejahteraan individu secara fisik dan emosional, dan pada akhirnya memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat,” jelas Bamsoet.

Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menambahkan bahwa ironisnya, nyeri masih menjadi masalah kesehatan yang sering terabaikan. Kurangnya kesadaran dan keterampilan pengelolaan nyeri secara holistik yang berorientasi pada pasien menjadi salah satu hambatan terbesar dalam pengelolaan nyeri di Indonesia.

“Peningkatan kompetensi dan keterampilan profesional kesehatan, terutama dokter yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan, menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas layanan nyeri di Indonesia. Peningkatan kompetensi dan keterampilan profesional kesehatan secara komprehensif, terstandar, dan tersertifikasi menjadi salah satu kunci untuk mencapai pengelolaan nyeri yang optimal, efisien, dan berkualitas,” pungkas Bamsoet.

Baca Juga  Hadiri Wisuda Santri, Satgas Pamtas Pererat Silaturahmi dengan Masyarakat di Desa Badau