Kabar Ngetren/Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa fenomena iklim El Nino akan terjadi mulai bulan ini dan mencapai puncaknya di akhir tahun.
El Nino adalah peristiwa perubahan angin dan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang dapat mengakibatkan penurunan curah hujan secara global.
Berdasarkan Indeks Nino 3.4, naiknya suhu menunjukkan kehadiran El Nino, sementara penurunannya menandakan kemunculan fenomena La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan.
Pelaksana tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko, mengungkapkan bahwa berdasarkan pengamatan mereka, fase La Nina berakhir pada Februari 2023 dan periode Maret-April 2023 menunjukkan fase Netral dalam ENSO, yang menandakan ketiadaan gangguan iklim dari Samudra Pasifik.
Urip juga mengatakan bahwa ada kemungkinan besar peralihan ke El Nino bulan ini. BMKG memprediksi puncak El Nino, yaitu puncak anomali suhu di Samudra Pasifik, akan terjadi pada November-Desember.
El Nino secara umum akan menyebabkan iklim kering di Indonesia, terutama pada periode Juni hingga Oktober. Oleh karena itu, dampak El Nino akan dirasakan lebih signifikan selama periode tersebut karena bertepatan dengan musim kemarau di Indonesia.
Dampak dari fenomena El Nino termasuk penurunan curah hujan dibandingkan dengan rata-ratanya, terutama pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON).
BMKG mengingatkan masyarakat untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, mengingat situasi El Nino akan berdampak pada peningkatan suhu udara.
Selain itu, BMKG juga telah menghimbau untuk melakukan penyimpanan air di daerah yang berpotensi mengalami kekeringan yang panjang. (Maulana Yusuf)
Kabar Ngetren
Follow Official WhatsApp Channel KN Official untuk mendapatkan artikel-artikel terkini, Klik Di sini.
Yuk! baca artikel menarik lainnya di Google News.