Scroll untuk baca artikel
BeritaEdukаѕіHeadlineNewsTrending

Bamsoet Apresiasi Buku Pikiran dan Ide Prof H Paiman Raharjo sebagai Inspirasi Perjalanan Hidup

24
×

Bamsoet Apresiasi Buku Pikiran dan Ide Prof H Paiman Raharjo sebagai Inspirasi Perjalanan Hidup

Sebarkan artikel ini

Kabar Ngetren/Jakarta – Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), mengapresiasi hadirnya buku “Pikiran dan Ide Prof. H. Paiman Raharjo.” Buku ini menjadi saksi perjalanan kehidupan Prof. Paiman yang mengawali karier sebagai tukang sapu, melanjutkan pendidikan hingga lulus S3 di Universitas Padjadjaran (UNPAD), kemudian sukses menjabat sebagai Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), dan saat ini dipercaya sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Dalam kesempatan tersebut, Bamsoet mengingatkan penyakit masyarakat yang kerap menghambat kesuksesan seseorang, yaitu sikap yang susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah.

Mengutip pemikiran Barbara Tuchman Wertheim, sejarawan dan penulis Amerika Serikat yang dua kali memenangkan penghargaan Pulitzer, Bamsoet menjelaskan bahwa “Buku adalah pembawa peradaban.” Buku melingkupi segenap aspek kehidupan kita: menjadi sahabat, pembimbing, transformator, dan rumah bagi ribuan ide dan gagasan. Oleh karenanya, buku menjadi legasi pemikiran yang tidak lekang oleh waktu, terus diwariskan dari generasi ke generasi.

 

 

“Di dalam buku ini terdapat tulisan inspiratif hasil berbagai pertemuan Prof. Paiman dengan berbagai kalangan, baik di kantor, jalanan, angkringan, dan lainnya. Dari obrolan tersebut, Prof. Paiman mengakui bahwa siapa pun orangnya, tanpa melihat pangkat dan tingkat pendidikan, mereka juga memiliki pemikiran tersendiri tentang dunia politik, pendidikan, karier, persahabatan, dan sebagainya, yang adakalanya sangat unik. Berbagai pemikiran yang unik itulah yang ada di dalam buku ini,” ujar Bamsoet saat membuka Bedah Buku “Pikiran dan Ide Prof. Paiman Raharjo”, di kantor Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Jakarta, Kamis, (4/7).

Hadir dalam acara tersebut Wakil Menteri Pertanian RI Harvick Hasnul Qolbi, Pakar Komunikasi Politik Prof. Effendi Gazali, Pj. Gubernur Lampung Samsudin, Pjs. Ketua Umum PB HMI Sukrin, dan Ketua Bidang Otda PB HMI Maryadi Sirat.

Ketua Komisi III DPR RI ke-7 bidang Hukum dan Keamanan ini menjelaskan, sebagaimana disampaikan Prof. Paiman dalam bukunya dan dibuktikan dalam perjalanan karirnya, bahwa kesuksesan tidak pernah bersifat diskriminatif atau memihak berdasarkan strata ekonomi, kelas sosial, atau berbagai label atributif sosial lainnya. Kesuksesan akan menjadi milik siapa saja yang mau bekerja keras, pantang menyerah, serta menyandarkan diri pada nilai-nilai dan norma agama.

 

 

“Dari buku ini kita bisa belajar, bahwa hidup itu seperti maraton, yang harus dijalani dan dinikmati setiap prosesnya. Bukan lari sprint yang hanya berorientasi pada hasil yang serba cepat. Hidup meniscayakan kita untuk melewati proses panjang menuju kesuksesan. Tidak bisa secara serta merta, apalagi dengan menghalalkan segala cara,” jelas Bamsoet.

Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, dalam konteks ke-Indonesiaan, buku ini juga mengajak untuk berkontemplasi bahwa jurang kesenjangan sosial-ekonomi masih menjadi realitas sosial yang harus disikapi dengan bijaksana. Persoalan lain yang mengemuka, bahkan dalam kehidupan bermasyarakat, masih sering dijumpai perilaku tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan diskriminatif, yang dianggap lazim sebagai fenomena sosial.

“Dalam konteks pembangunan di Indonesia, buku ini juga mengajak pembaca untuk menata dan meneguhkan kembali orientasi pembangunan nasional. Misalnya, sebagai negara agraris dan kepulauan, arah pembangunan Indonesia tidak seharusnya hanya cenderung pada pembangunan negara industri saja. Sebutan negara agraris bagi negara yang masih menggantungkan impor hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, tentunya menjadi suatu paradoks,” terang Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI/Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, dalam konteks kehidupan politik di tanah air, keteladanan perilaku dari para elit politik masih menjadi persoalan tersendiri. Tidak jarang, syahwat politik dapat membutakan mata hati para elit politik yang terus merasa haus akan kekuasaan. Sehingga tidak sadar kapan harus menghentikan ambisi politiknya demi kepentingan yang lebih besar.

“Pesan moral yang dapat kita jadikan cerminan dari buku ini adalah bahwa jalan kehidupan tidak selamanya mulus, terkadang kita dihadapkan pada berbagai tantangan yang menghadang. Di sisi lain, kita pun tidak boleh bersikap apatis dan pesimis, karena masih banyak tokoh masyarakat dan tokoh bangsa, yang kisah perjalanan hidupnya dapat kita jadikan inspirasi, seperti kisah Prof. Paiman,” pungkas Bamsoet.

Baca Juga  Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Pimpin Upacara Parade Senja