Kabar Ngetren/Batam – Harga beras yang melonjak, mencatatkan angka tertinggi sepanjang sejarah, menjadi bukti kegagalan pemerintah dalam mewujudkan swasembada beras. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketersediaan beras dalam negeri kini bergantung pada impor, yang kemudian memengaruhi permintaan dan penawaran beras.
Anggota Komisi XI DPR RI, Hidayatullah, menegaskan hal ini dalam pertemuan Kunjungan Kerja Reses Komisi XI di Batam, Kepri, Sabtu. 2/3. Menurutnya, kegagalan pemerintah dalam mencapai swasembada beras telah mengarah pada ketergantungan pada impor, yang berdampak pada harga dan ketersediaan beras dari negara-negara pemasok.
Hidayatullah juga mengomentari upaya Bank Indonesia yang dianggap sudah maksimal, namun masalah kenaikan harga beras ini disebabkan oleh persoalan stok, di mana terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Meskipun data menunjukkan stok beras masih ada, namun hal ini tidak sesuai dengan situasi lapangan.
Lebih lanjut, Hidayatullah meminta pemerintah untuk serius menyiapkan persediaan pangan untuk setidaknya satu tahun, bukan hanya untuk beberapa bulan saja. Hal ini untuk menghindari kenaikan harga pangan yang selalu terjadi menjelang hari-hari besar.
Di samping kegagalan mencapai swasembada beras, Hidayatullah juga menyoroti kesalahan pemerintah dalam penyaluran bantuan sosial (bansos) yang besar-besaran. Menurutnya, penyaluran bansos ini juga turut menyebabkan berkurangnya stok beras.
Hidayatullah menekankan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab atas situasi ini dan mencari solusi untuk mengatasi masalah kenaikan harga beras secara efektif. Menurutnya, dengan dukungan APBN dan potensi pertanian Indonesia yang melimpah, fokus pada peningkatan produksi dan pengurangan ketergantungan pada impor adalah langkah yang bisa dilakukan untuk mencapai swasembada pangan. eFHa.
