Kabar Ngetren/Jakarta – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota Jakarta, ada secercah harapan baru yang hadir dari kawasan kumuh Kampung Balong, Srengseng, Kembangan. Harapan ini datang dari sosok polisi inspiratif, Aiptu Agus Riyanto, yang dengan kepedulian dan kerja kerasnya mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak pemulung.
Berawal dari tugasnya sebagai Bhabinkamtibmas Polsek Kembangan, Agus kerap berinteraksi dengan warga setempat. Dari sana, ia menyadari banyak anak usia sekolah tidak mendapatkan pendidikan yang layak karena harus membantu orang tua mengumpulkan barang bekas.
“Sebagai Bhabinkamtibmas, tugas saya bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga membantu masyarakat. Saat melihat banyak anak yang putus sekolah, saya merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu,” ujar Agus pada Minggu, (12/1).
Empat tahun lalu, Agus memulai langkah kecilnya. Ia mengumpulkan anak-anak yang tidak sekolah dan mengajar mereka di sebuah gubuk sederhana yang terbuat dari kayu dan triplek. Dari tempat sederhana inilah, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Maju Bersama lahir.
Saat ini, sekolah gratis ini menjadi tempat belajar bagi 80 anak usia 4 hingga 13 tahun. Selain mengajarkan pelajaran formal, TPA Maju Bersama juga menyediakan program pendidikan non-formal seperti sekolah paket untuk anak-anak yang putus sekolah.
Yang unik, operasional sekolah ini tidak mengandalkan dana dari siswa atau donatur tetap, melainkan memanfaatkan sampah. Anak-anak membawa botol bekas setiap dua minggu sekali untuk dijual, dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan sekolah.
“Karena sekolah ini di kawasan pemulung, kita manfaatkan sampah sebagai sumber pendanaan. Selain membantu sekolah, anak-anak juga belajar mandiri,” jelas Agus.
Dalam menjalankan sekolah ini, Agus tidak sendiri. Ia menggandeng relawan dan masyarakat setempat untuk membantu mengajar. Para relawan ini menjadi pilar utama dalam keberlangsungan pendidikan di Kampung Balong.
“Guru-guru di sini adalah relawan yang sudah lama mendukung program ini. Semangat mereka luar biasa, sama seperti semangat anak-anak untuk belajar,” tambah Agus.
Langkah Agus tidak hanya memberikan dampak langsung bagi anak-anak pemulung, tetapi juga menginspirasi banyak pihak untuk ikut peduli terhadap pendidikan anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Aiptu Agus Riyanto meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan.
“Saya berharap anak-anak ini punya masa depan yang lebih baik. Dengan pendidikan, mereka bisa meraih mimpi-mimpi mereka,” ujar Agus dengan penuh harap.
Di tengah keterbatasan, Agus tetap meluangkan waktu untuk mengajar dan memastikan sekolah ini berjalan dengan baik. TPA Maju Bersama kini bukan hanya tempat belajar, tetapi juga simbol harapan bagi anak-anak pemulung di Kampung Balong.
Kisah ini menjadi bukti bahwa kepedulian, kerja keras, dan niat tulus dapat membawa perubahan besar. Apa yang dilakukan Agus Riyanto menunjukkan bahwa siapa pun, termasuk aparat kepolisian, bisa menjadi agen perubahan sosial.
TPA Maju Bersama bukan hanya sekadar sekolah, tetapi juga representasi dari semangat dan harapan untuk masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda yang kurang beruntung.
“Di tengah tugas saya sebagai polisi, saya ingin terus berkontribusi untuk masyarakat. Anak-anak ini adalah masa depan kita. Dengan pendidikan, mereka memiliki kesempatan untuk hidup lebih baik,” tutup Agus.
Sekolah gratis di Kampung Balong ini adalah inspirasi nyata bahwa perubahan dapat dimulai dari langkah kecil. Semoga kisah ini dapat memotivasi lebih banyak orang untuk ikut peduli terhadap pendidikan anak-anak Indonesia, khususnya yang berada di wilayah marginal.
